Sabtu, 27 Juli 2024

Mengenal Istilah Gancet dari Penjelasan Medis Mengenai Pasangan Ganjet

NEWSMengenal Istilah Gancet dari Penjelasan Medis Mengenai Pasangan Ganjet

PristiwaNews | Jakarta – Media sosial baru-baru ini diramaikan dengan perbincangan viral video pasangan gancet atau tidak bisa melepaskan saat berhubungan intim.
Dalam istilah medis, gancet merupakan kondisi yang disebut penis captivus. Apa itu gancet atau penis captivus?

Sebagaimana dilansir Healthline, gancet atau penis captivus adalah kondisi ketika penis terjepit atau tersangkut di dalam vagina saat berhubungan seks.

Penis bisa terjepit karena otot vagina yang tiba-tiba menekan lebih kuat daripada biasanya. Berikut penjelasan medis soal kondisi gancet atau penis captivus.

Bagaimana gancet atau penis captivus bisa terjadi?
Penis captivus terjadi saat hubungan seks dilakukan. Penyebabnya karena penis, yang terisi dengan darah selama ereksi, dapat terus membesar sebelum orgasme.

Di samping itu, dinding vagina, yang terbuat dari jaringan otot, pun mengembang dan berkontraksi saat berhubungan seks. Otot-otot di dalam vagina juga mungkin berdenyut sedikit selama orgasme.

Dan terkadang, otot vagina bisa berkontraksi lebih dari biasanya. Kontraksi ini bisa mempersempit lubang vagina.

Penyempitan ini dapat menghalangi pria untuk melepaskan penisnya, terutama jika penisnya masih membengkak dan ereksi.

Setelah orgasme, otot vagina akan mulai mengendur. Jika pria juga mencapai orgasme, darah akan mulai mengalir dari penisnya, dan ereksinya akan mereda. Saat itu terjadi, maka penis baru bisa dikeluarkan.

Orang yang mengalami penis captivus dapat diperkirakan akan saling menempel selama beberapa waktu.

Oleh karenanya, perlu tetap tenang dan membiarkan otot-otot rileks untuk membantu melepaskan ikatan satu sama lain.

Penis captivus merupakan salah satu efek dari vaginismus. Vaginismus sendiri merupakan kontraksi ketat dari otot-otot vagina yang begitu kuat, pada dasarnya vagina menutup sendiri.

Jika ini terjadi, seorang wanita mungkin tidak dapat melakukan hubungan intim.

Pada 2019 lalu, ahli kandungan dan kebidanan, Ni Komang Yeni sempat mengatakan bahwa vaginismus menjadi gangguan seksual yang sering terjadi pada wanita

Vaginismus dapat menyerang wanita dari segala usia yang sudah aktif secara seksual.

Pada beberapa kasus, wanita mengalami vaginismus saat memasuki masa menopause. Pada masa ini, kadar estrogen turun sehingga pelumasan dan elastisitas organ intim kewanitaan ikut menurun.

Yeni menjelaskan, vaginismus berawal dari kontraksi otot pada organ intim kewanitaan yang terjadi secara berlebihan.

Alhasil, timbul rasa nyeri yang sangat mengganggu saat berhubungan seksual.

Kontraksi otot, kata Yeni, sering kali tak disadari, tak dapat dikendalikan, dan terjadi secara terus menerus atau berulang.

Kontraksi otot terjadi pada sepertiga bagian luar organ intim kewanitaan–atau para area perineum–hingga otot levator ani dan otot pubococcygeus. (*)

Editor/DR

ADVERTISEMENT
Terbaru

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.